Seorang remaja bernama Abdul Ajiz Potabuga asal Kabupaten Gorontalo diduga menjadi korban kekerasan di tangan aparat Polri. Seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun berinisial TA dipukuli habis-habisan oleh polisi dan dipukuli hingga muntah darah.
Abdul Ajiz mengaku diserang oleh petugas Polri dan kemudian dipukul di bagian wajah dan perut dengan senjata. Saat korban kembali ke rumah setelah senjata ditusuk, matanya hitam dan muntah darah.
BACA JUGA : Fakta Baru di Balik Pembacokan Motif Cemburu di Ciambar Sukabumi
“Popor pistol tertancap di tubuhku.Akhirnya mengenai mata kiri saya. Saya merasa mual dan segera mulai menangis. “Terus sesampainya di rumah dan pulang, saya muntah darah,” kata Abdul kepada wartawan, Jumat, 2 Februari 2024.
Ia menjelaskan, kejadian tersebut baru teratasi saat rekannya menghubunginya. Diakuinya, temannya menghubunginya karena kakaknya tersebut sedang ada masalah di luar kampus Universitas Gorontalo.Dari sana, Abdul dan beberapa temannya melanjutkan perjalanan ke sana. Namun sesampainya di sana, ternyata masalahnya sudah teratasi.
“Sesampainya di sana, kami menemukan bahwa masalah telah diselesaikan melalui saling meminta maaf dan akhirnya kami semua pulang,” kata Abdul.
Kemudian, dalam perjalanan pulang, Abdul mengaku dirinya dan teman-temannya langsung dihadang oleh petugas polisi yang sedang mengendarai mobil. Saat diperiksa, Abdul mengatakan kepada polisi bahwa dirinya tidak terlibat perkelahian di lokasi kejadian.Ia menambahkan, saat tiba di lokasi kejadian, situasi sudah teratasi.
“Komandan menghentikan saya dan teman saya di dalam mobil. Kemudian kepala polisi mengancam kami dan mengatakan dia akan menembak kami jika kami melarikan diri. Kami bilang kami tidak tahu apa-apa,” jelasnya.
“Saya sebenarnya langsung kaget karena komandan mencengkeram kerah baju saya.Saya mencoba menjelaskan dan bertanya. Namun panglima terus mengancam dan berkata: Jangan melawan. “Makanya saya tegaskan bahwa saya bukan komandan tempur,” kata Abdul.
BACA JUGA : ASN di Dairi Aniaya Adik Kandung gegara Rebutan Warisan
Namun tak lama kemudian, seorang petugas polisi berinisial TA tiba-tiba menodongkan pistol kepada Abdul. Polisi terus memukuli wajah dan perut Abdul.“Segera setelah ancaman itu, popor senjata tiba-tiba mengenai saya di bawah komandan. Akhirnya benda itu mengenai mata kiriku.
Sakit sekali dipukul hingga saya langsung menangis. Lalu sesampainya di rumah, saya langsung muntah darah,” ujarnya. Sementara itu, Kapolres Gorontalo AKBP Deddy Herman menjelaskan, penganiayaan terjadi saat anggotanya mendapat informasi terjadi perkelahian antar siswa SMK di lapangan futsal Kota Gorontalo.